Permukaan laut bisa naik dua kali lebih cepat dibanding prediksi akibat mencairnya bongkahan-bongkahan es di kutub selatan. Ini berdasarkan studi terbaru tentang bagaimana perubahan iklim mempengaruhi Antartika.
Komite Ilmuwan Penelitian Antartika (SCAR), yang menemukan bahwa es sudah mencair di wilayah Antartika Barat, mengatakan bahwa pada akhir abad 21, air akan mengalir dari Antartika, juga dari Greenland serta gletser-gletser di darat seperti Himalaya. Aliran air itu akan menyebabkan permukaan air laut menjadi 1,4 meter lebih tinggi dibanding prediksi yang sekitar 59 sentimeter.
Seperti dikutip dari laman harian The Telegraph, kenaikan air laut akan mempengaruhi kota-kota pesisir seperti London, San Francisco, dan New York, meski negara-negara kaya bisa membangun dinding-dinding pertahanan. Dataran rendah seperti Maladewa dan wilayah-wilayah di selatan Asia di mana jutaan orang tinggal, akan digenangi air.
Bila suhu udara terus meningkat dalam dua atau lima tahun ke depan, permukaan air laut akan semakin meningkat sebesar 6 meter karena semakin banyak es di Antartika yang mencair. Dr Colin Summerhayes, Direktur Eksekutif SCAR, mengatakan, negara-negara berkembang di mana jutaan orang tinggal di dataran rendah, akan paling banyak menderita. "Siapapun yang tinggal di kota-kota dekat pantai sebaiknya sedikit merasa khawatir terhadap proyeksi kenaikan permukaan air laut sebanyak satu meter atau lebih," kata Summerhayes.
Studi sebelumnya yang dilakukan oleh Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) tidak melibatkan Antartika karena para ilmuwan di situ yakin bahwa mengukur peleburan es di Antartika sangat mustahil. Namun informasi terkini dari satelit, inti es, dan studi-studi inovatif, termasuk memasang alat pengukur temperatur di badan anjing laut, memungkinkan ilmuwan memprediksi dampak pemanasan di Antartika.
No comments:
Post a Comment